Haluan Banten – Rencana Bank Indonesia (BI) melakukan redenominasi atau penyederhanaan mata uang rupiah kembali mencuat.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai rencana lama itu bisa diwujudkan bila melihat kondisi ekonomi terkini.
“Jadi sekarang ini momentum yang bagus (redenominasi rupiah),” kata Darmin usai rapat dengan Badan Anggaran DPR, Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Mantan Gubernur BI itu mengacu kepada angka inflasi yang berada diangka 3-4 persen seiring. Kondisi itu dinilai berbeda dengan beberapa tahun lalu ketika inflasi sampai tembus di atas 4 persen.
Menurut ia, kondisi inflasi merupakan hal yang paling penting untuk melalukan redenominasi. Sebab inflasi yang terjaga menandakan terkendalinya harga-harga barang yang diukur dengan rupiah.
Dari segi manfaat, Darmin juga yakin redenominasi rupiah akan memberikan dampak positif. Termasuk efisiensi dalam hal pencatatan data transaksi keuangan.
Meski begitu ia mengatakan, rencana redenominasi belum pernah dibawa ke sidang kabinet. Ia menuturkan, redenominasi rupiah adalah urusan BI dan Menteri Keuangan.
“Saya enggak tahu berapa tahun (untuk redenominasi) tetapi kalau dilakukan sekarang mestinya enggak perlu lama,” ujar Darmin.
Sebelumnya, wacana penyederhanaan rupiah atau redenominasi kembali menyeruak. Bank Indonesia (BI) akan kembali mendorong Rancangan Undang-undang (RUU) Redenominasi masuk ke program legislasi nasional (prolegnas).
Meski begitu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan, penyederhanaan mata utang bukan hal mudah. Butuh waktu minimal 7 tahun hanya untuk transisi mengubah Rp 1.000 menjadi Rp 1.
Menurut Agus, kunci transisi penyederhanaan rupiah adalah sosialisasi yang masif ke masyarakat. Ia memastikan, BI akan mulai melakukan sosialiasi bila RUU Redenominasi mulai dibahas di DPR.(irna)
Sumber : Kompas.com