Meriah, Puncak Kegiatan HUT Kabupaten Pandeglang ke -144
Pandeglang – Rangkaian panjang dari beragam kegiatan, dalam rangka memperingati Hari jadi kabupaten Pandeglang ke – 144, mencapai klimaks dengan cukup meriah. Tepat pada Minggu (1 April 2018), ribuan warga kabupaten berjuluk Sang Badak atau Sejuta santri seribu ulama itu memenuhi alun-alun kota. Cuaca terik tak menghalangi antusias warga untuk menyaksikan puncak gelaran.
Sebelumnya, atau pada pagi Minggu yang cerah itu, terlebih dahulu digelar Sidang Paripurna Istimewa DPRD, yang dilanjutkan dengan resepsi Hari Jadi Kabupaten Pandeglang – yang diisi dengan pagelaran Kolosal – Gembrung Silat Urang Pandeglang. Dan kemudian, setelah lepas waktu dzuhur, barulah disambung dengan Pandeglang Culture Festival.
Pandeglang Culture Festival yang telah digelar untuk yang kesekian kalinya ini – pada tahun ini terasa lebih istimewa-. Pasalnya, kali ini diikuti peserta dari mancanegara. Ya, perwakilan 4 negara ikut memeriahkan event yang biasa digelar setiap tahun itu.
Ke- 4 delegasi peserta itu masing-masing dari Jepang, Korsel, Yaman dan Zambia.
Tidak hanya itu, Pandeglang Culture Festival kali ini juga dimeriahkan oleh peserta dari 10 Provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Kalimantan Barat dengan menampilkan kesenian tradisonal gowe dayak, DKI jakarta dengan kesenian tanjidornya, Provinsi Jawa Tengah kuda kepang, Jawa Timur Reog Ponorogo, Papua dengan kesenian embes, Sulawesi Selatan dengan menampilkan kesenian pakarena, Bali Blaganjuran, Provinsi Nusa Tenggara Timur cakalele, Lampung kesenian gajah minung, dan Provinsi Bengkulu dengan kesenian musik dool.
Juga tentu saja, tidak ketinggalan penampilan peserta dari 7 Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten dan 35 Kecamatan se- kabupaten Pandeglang.
Beberapa warga yang menyaksikan Pandeglang Culture Festival tahun ini, ketika ditanyakan pendapatnya, mengaku puas dan mengharapkan kegiatan tersebut bisa dilaksanakan lagi pada tahun depan. “Wah seru. Harapan saya, semoga tahun depan ada lagi acara seperti ini, lumayan buat hiburan,” kata Nuraeni, perempuan yang mengaku berasal dari kecamatan Menes. (Advertorial)