SERANG, (Haluanbanten.co.id) – Masalah sensorik yang dialami oleh anak, berpotensi menyebabkan anak mengalami gangguan makan dan cenderung menghindari makanan dengan tekstur tertentu.
Sebab, makan membutuhkan kematangan sensorik.
Terapis Okupasi dari Rumah Terapi Rubic Potentials yang berlokasi di Kota Serang, mengatakan bahwa makan merupakan aktivitas kemandirian yang membutuhkan stimulasi sensorik yang kuat.
Atika mengatakan, dalam proses makan diperlukan adanya kepekaan indera peraba, indera perasa terhadap tekstur dan rasa makanan, indera penciuman terhadap aroma makanan, fokus anak pada makanan di hadapannya.
Kemudian koordinasi tangan dan mata dalam memutuskan makanan mana yang diambil dan di arahkan ke mulut.
“Anak juga akan diberikan pengalaman baru bertemu dengan makanan, serta kemampuan untuk duduk dengan tenang saat makan,” ujar Atika.
Makan adalah aktivitas yang membutuhkan kematangan sensorik yang cukup. Sebab, selama proses makan, anak akan dihadapkan pada berbagai macam aroma, tekstur.
Anak juga akan dihadapkan pada aneka menu pilihan yang mengharuskan anak mempunyai kematangan persepsi visual.
Dari sini sudah terlihat bahwa jika anak memiliki masalah dengan sistem sensorinya, maka besar kemungkinan gangguan makan juga akan dialami anak.
Sebagai contoh, anak tidak mau menguyah makanan dengan tekstur benyek dan menolak makan tekstur tertentu, seperti bubur, pudding.
“Anak Mudah jijik pada hal kotor seperti lumpur, lotion, batu, rumput, pasir atau benda-benda tertentu,” ujar dia.
Oleh sebab itu, Atika menyarankan untuk anak yang mengalami gangguan makan dan cenderung menghindari tekstur tertentu, bisa diberikan stimulasi sensori yang cukup.
Atika menyarankan agar anak juga mulai diperkenalkan dengan bermain di luar ruangan tanpa alas kaki.
“Manfaatnya banyak sekali, karena anak bisa mengenal banyak tekstur lewat sentuhan kakinya,” ujar dia.
(sumber foto: Freepik.com)